Rabu, 17 Desember 2008

Sebuah refleksi ahir tahun

“Gelora pemuda adalah romantisme perjuangan. Dalam kancah kehidupannya, figur seorang pemuda ingin menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang memiliki sejuta arti dengan memikul tanggung jawab cukup berat. Ia berusaha memunculkan diri sebagai seorang manusia yang memiliki kekuatan yang tinggi sehingga aura jiwa mudanya benar-benar memancar.” (Hasan Albana).Generasi muda merupakan pintu gerbang kemajuan bangsa di masa depan.Pelajar dan Mahasiswa(Pemuda) sebagai inti dari generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, semangat muda yang membara, sifat kritisnya, kematangan logika, memiliki idealisme dalam berjuang dan memiliki semangat untuk merealisasikannya serta punya kesiapan untuk beramal dan berkorban untuk mewujudkannya. Pelajar dan Mahasiswa(Pemuda) adalah motor penggerak utama perubahan dan juga sebagai salah satu elemen reformasi adalah the one and only efficient opposant in the world (satu-satunya pengemban amanah oposan yang paling efisien didunia) dalam mengawal perubahan sosial kearah yang lebih baik. Pelajar dan Mahasiswa (Pemuda)diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.
Berbagai pergerakan pelajar dan mahasiswa (Pemuda)dalam kancah pergerakan nasional telah tercatat dalam sejarah Indonesia. Dimulai dengan pergerakan Boedi Oetomo tahun 1908, kemudian dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda tahun 1928, dan puncaknya pada tahun 1945 dimana Pelajar dan mahasiswa(Pemuda) pada masa itu memegang motor kendali bagi terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tidak cukup sampai disitu, masih terngiang di ingatan kita aksi Pemuda tahun 1998 untuk menggulingkan rezim orde baru dengan di tandai turunnya Soeharto dari kursi kpresidenan pada tanggal 21 mei 1998 merupakan salah satu bukti perjuangan Pemuda yang tak kenal menyerah walaupun nyawa taruhannya.
Menurut salah seorang tokoh yaitu Arbi Sanit (1985), ada lima hal yang melatarbelakangi penyebab tumbuhnya kepekaan pelajar dan mahasiswa(pemuda) terhadap berbagai persoalan yang ujungnya bertitik fokus pada perjuangan membela kepentingan rakyat, yaitu :
Pertama, palajar dan mahasiswa(pemuda) sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik memiliki persepektif atau pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat.
Kedua, pelajar dan mahasiswa(pemuda) sebagai golongan yang cukup lama bergelut dengan dunia akademis dan telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara generasi muda.
Ketiga, kehidupan kampus/sekolah membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa dan pelajar, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi di antara mereka.
Keempat, pelajar dan mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasan, struktur ekonomi, dan memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat sebagai kelompok elit di kalangan kaum muda.
Kelima, pelajar dan mahasiswa(pemuda) rentan terlibat dalam pemikiran, perbincangan, dan penelitian berbagai masalah yang timbul di tengah kerumunan masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya.
“Intelektual Sejati” itu yang diikrarkan masyarakat menyebut pelajar dan mahasiswa(pemuda) yang mudah diterima lingkungan, memiliki pergeraka dinamis, tidak takut kehilangan yang dapat merusak idealisme dan mampu eksis dan beradaptasi dilingkungannya.
Namun, jaman sekarang pelajar dan mahasiswa(pemuda) belum bahkan tidak sadar akan kewajiban mereka sebagai ujung tombak perubahan bangsa. Tahun ini banyak kasus yang melibatkan intelektual muda bangsa ini, dari tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar bahkan tawuran antara mahsiswa sama aparatur negara. Hal ini tentunya akan berimbas buruk terhadap posisi dan peran mahasiswa dan pelajar di mata masyarakat.
Paradigma yang dipakai pelajar dan mahasiswa Indonesia sekarang adalah “Nilai bagus-cepat lulus-langsung kerja” sehingga peran penting pelajar dan mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat tertanggalkan. Pelajar dan Mahasiswa lebih menonjolkan pragmatisme ketimbang idealisme. Pastinya ini semua akan mengakibatkan terpolanya pikiran pelajar dan mahasiswa dengan usaha yang serendah-rendahnya mendapat hasil yang sebesar-besarnya atau bagaimana mendapat nilai yang baik dengan cara instant atau lo lo – geu gue (urusan mu ya urusanmu – urusanku ya urusanku) urusan Negara ya Pemerintah.
Di akhir tahun ini, mari kita merenung sejenak apakah kita sudah mengemban amanah yang diberikan leluhur kita untuk menjaga dan mengembangkan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Oleh : Ali Khamdi
(sekbid. KPSDM PD IRM Kendal 2007-2009)

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger